Thursday 12 May 2016

Makalah Ekologi, Ekologi Manusia, dan Lingkungan Hidup

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Manusia pada hakikatnya adalah murid-murid alam atau lingkungan, karena alam dan lingkungan mengajari mereka banyak hal. Kehidupan sebagai dinamika yang mengandung pergeseran dan perubahan secara terus-menerus. Oleh karena itu setiap manusia harus mampu menyesuaikan dirinya dengan alam dan lingkungannya, serta sesama makhluk hidup yang merupakan bagian dari alam. Dalam hal ini alam bagi manusia adalah segala-galanya, bukan hanya sebagai tempat lahir, hidup, berkembang, maupun mati. Akan tetapi juga mempunyai makna filosofis tersendiri. Alam adalah guru bagi makhluk yang hidup di dalamnya. Dia dapat mempelajari apa saja yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu lingkungan merupakan laboratorium alam yang sangat baik dan lengkap, namun belum banyak yang menyadari dan memanfaatkannya.
Semakin hari, semakin dirasakan oleh manusia untuk harus mengenal lingkungannya, apalagi perkembangan IPTEK yang begitu pesat, pola penduduk dunia yang berubah, begitu pula berkembangnya kekuatan manusia yang mengubah lingkungan. Dengan merenungkan munculnya masalah-masalah pembangunan yang mengabaikan prinsip-prinsip ekologi yang mendapatkan keuntungan jangka pendek guna memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri yang semakin hari semakin banyak, telah menyebabkan peranan ekologi semakin menonjol.

B.       Rumusan Masalah
1)      Apa pengertian Ekologi?
2)      Apa yang dimaksud dengan ekologi manusia ?
3)      Apa pengertian lingkungan hidup ?
4)      Apa itu ilmu lingkungan ?

C.    Tujuan Penulisan
1)      Untuk mengetahui ekologi
2)      Untuk mengetahui ekologi manusia
3)      Untuk mengetahui lingkungan hidup
4)      Untuk mengetahui ilmu lingkungan

BAB II
PEMBAHASAN

Ekologi, Ekologi Manusia dan Lingkungan hidup
1.        Ekologi
Ekologi mempelajari rumah tangga mahluk hidup (oikos), istilah yang digunakan oleh Ernts Haeckel sejah tanhun 1869 (Odum 1983 : 2). Dan menurut Ernest Haeckle ekologi adalah “ilmu yang mempelajari seluk beluk ekonomi alam, suatu kajian hubungan anorganik serta lingkungan organik di sekitarnya”. Subagja dkk, (2001:1.3). “Ekologi merupakan bagian ilmu dasar”.
Sedangkan Resosoedarmo dkk, (1985:1)“ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekologi adalah ilmu dasar yang mempelajari tentang hubungan timbal balik antar makhluk hidup dengan lingkungannya.
Sinekologi adalah mempelajari mahluk hidup dalam komunitasnya, artinya ekologi yang ditujukan pada lebih satu jenis mahluk hidup, misalnya ekologi hutan, di mana terdapat tumbuhan dari berbagai jenis, jati, rotan, karet dan segala jenis komunitas lain yang ada di dalamnya,termasuk kijang, harimau, gajah, burung, serangga dan sebagainya. Autokogi adalah ekologi tentang satu jenis mahluk hidup misalnya ekologi nyamuk, ekologi manusia dan seterusnya.

A.      Ruang Lingkup Ekologi
Ruang lingkup ekologi meliputi populasi, komunitas, ekosistem, hingga biosfer.
     I.     Populasi
Populasi adalah kelompok individu-individu yang memiliki kesamaan genetik,dan berada bersama-sama dalam tempat  dan waktu yang sama. Secara umum, apabila kita bicara populasi,maka yang kita maksudkan adalah anggota-anggota dari spesies yang sama,yang satu sama lain berdekatan. Antara populasi yang satu dengan populasi lain selalu terjadi interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam komunitasnya.
  II.     Komunitas
Komunitas adalah kelompok populasi yang berada bersama-sama dalam tempat dan waktu tertentu. Tingkatannya tergantung pada skala yang kita tetapkan. Kita dapat menggunakan komunitas untuk menunjukkan  semua benda yang hidup di dalam suatu ekosistem ,atau kita dapat membatasi perhatian kita hanya pada komunitas burung,atau komunitas tanaman dan sebagainya.
III.     Ekosistem
Ekosistem  adalah hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati dengan nonhayati yang membentuk sistem ekologi atau tingkatan organisasi kehidupan yang mencakup organisme dan lingkungan tak hidup, dimana kedua komponen tersebut saling mempengaruhi dan berinteraksi. Pada ekosistem, setiap organisme mempunyai suatu peranan, ada yang berperan sebagai produsen, konsumen ataupun dekomposer. Ekosistem merupakan suatu interaksi yang kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Secara garis besar ekosistem dibedakan menjadi ekosistem darat dan ekosistem perairan. Ekosistem perairan dibedakan atas ekosistem air tawar dan ekosistem air Laut.
a.       Ekosistem darat. Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut, Bioma gurun, Bioma padang rumput, Bioma Hutan Basah, Bioma hutan gugur, Bioma taiga dan Bioma tundra.
b.      Ekosistem Air Tawar. Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
c.       Ekosistem air laut. Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.

IV.     Biosfer
Biosfer adalah ekosistem global--jumlah seluruh ekosistem planet, atau seluruh makhluk hidup dan tempatnya hidup. Biosfer merupakan tingkatan yang paling kompleks dalam ekologi. Biosfer meliputi atmosfer hingga ketinggian beberapa kilometer, daratan sampai ke dan termasuk  bebatuan yang mengandung air yang berada paling tidak 1500 meter di bawah tanah, danau dan aliran sungai, gua, dan lautan hingga kedalaman beberapa kilometer.
Penentu penting persebaran organisme dalam biosfer meliputi iklim dan faktor abiotik lainnya. Faktor abiotik utama adalah suhu, air, cahaya matahari, angin, batu dan tanah. Faktor abiotik yang dijelaskan memiliki pengaruh langsung pada biologi organisme. 4 faktor pertama-suhu, air, cahaya, dan angin-merupakan komponen utama iklim (climate) yaitu kondisi cuaca yang dominan pada suatu lokasi, kita dapat melihat dampak besar iklim pada persebaran organisme dengan cara membuat suatu klimograf, yaitu suatu plot suhu dan curah hujan dalam suatu daerah tertentu, yang sering kali diberikan dalam bentuk rata-rata tahunan.
Rata-rata tahunan untuk suhu dan curah hujan sangat berkorelasi dengan bioma yanng ditemukan di wilayah yang berbeda-beda. Akan tetapi, kita harus selalu berhati-hati untuk membedakan antara korelasi antara variabel-variabel dengan kausal, yaitu suatu hubungan sebab akibat.

B.        Aplikasi Ekologi
Manusia sebagai satu bagian dari alam merupakan bagian utama dari lingkungan yang kompleks. Kegiatan-kegiatan seperti perkembangan penduduk, industri pembangunan jalan-jalan dan hutan, pemakaian insektisida, penggunaan unsur-unsur radio aktif, pembuatan bandara, perumahan, dan sebagainya merupakan contoh yang dapat mempercepat proses perubahan lingkungan dari bumi ini. Manusia dengan kelebihannya yang mempunyai akal dan pikiran dalam kemajuan teknologi ini merasa makhluk yang paling berkuasa di alam ini. Penemuan-penemuan yang pada mulanya bertujuan untuk kesejahteraan manusia dapat menjadi bomerang terhadap hidupnya bila prinsip-prinsip ekologi diabaikan.
Untuk hidup dan hidup berkelanjutan bagi manusia harus belajar memahami lingkungannya dan pandai mengatur sumber-sumber daya alam dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan demi pengamanan dan kelestarian. Seorang ahli ekologi harus dapat melihat jauh ke depan, dalam jangka panjangan yang lebih bersifat pengamanan dan pemeliharaan untuk dapat hidup dengan baik dengan tingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.

2.      Ekologi manusia  
Ekologi manusia adalah ilmu yang mempelajari rumah tangga manusia secara objektif, apa adanya. Ekologi Manusia menurut para ahli :
a.       Amos H Hawley (1950:67) dikatakan, “Ekologi manusia, dengan demikian bisa diartikan, dalam istilah yang biasa digunakan, sebagai studi yang mempelajari bentuk dan perkembangan komunitas dalam sebuah populasi manusia.” (Human ecology may be defined, therefore, in terms that have already been used, as the study of the form and the development of the community in human population).
b.      Menurut Gerald L Young (1994:339) dikatakan, Dengan demikian ekologi manusia, adalah suatu pandangan yang mencoba memahami keterkaitan antara spesies manusia dan lingkungannya.” (Human ecology, then, is “an attempt to understand the inter-relationships between the human species and its environment).
Sejarah perjalanan manusia dimulai dengan penemuan Homo sapiens soloensis, lalu Homo sapiens wajakensis lalu Homo sapiens australomelanozoid. Homo Sapiens adalah Jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.
Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari:
1)      Homo Sapien Soloensis
Fosil ini setelah diteliti oleh Von Koenigswald dan Weidenreich diberi nama Homo Sapien Soloensis. Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong Blora di Sangiran dan Sambung Macan, Sragen, lembah Sungai Bengawan Solo tahun 1931 - 1934.
2)      Homo Sapiens Wajakensis
Fosil manusia yang ditemukan di Wajak (Tulung Agung) tahun 1889 oleh Van Reitschotten diteliti oleh Eugene Dubouis kemudian diberi nama menjadi Homo Sapiens Wajakensis. Fosil Homo Wajakensis mempunyai tinggi badan sekitar 130-210 cm, dengan berat badan antara 30-150 kg. Volume otak mencapai 1300 cc. Manusia purba jenis ini hidup sekitar 40.000-25.000 tahun yang lalu, pada lapisan Pleistosen Atas. Tempat penemuan kedua fosil manusia di atas adalah lapisan Ngandong atau Pleistocen Atas dan hidupnya diperkirakan 100.000 - 50.000 tahun yang lalu.
Masyarakat industri dimulai perkembangannya sejak revolusi industri di Inggris pertengahan abad 18 dnegan menganti berbagai pekerjaan dengan menggunakan mesin tenaga uap untuk industri tekstil dan industry lainnya.
Berturut-turut industri ini akhirnya menuju teknologi peralatan atau mesin, otomisasi atau cybernetic, yang menggantikan tenaga manusia, bahkan juga otak manusia dengan mesin, melalui komputerisasi dan seterusnya. Padahal betapa pun pentngnya mesin itu hanya alat, yang menentukan sikap dan mengarahkan perilaku akhir adalah pikiran dan nurani kita sendiri.
A.    Fungsi Manusia
Sebagaimana kita maklumi bahwa manusia dalam pengertian ekologi manusia merupakan sosok yang memegang fungsi dan peranan penting dalam konteks lingkungan hidupnya. Namun perlu diingat pula bahwa manusia secara fisik merupakan makhluk yang lemah. Perikehidupan dan kesejahteraannya sangat tergantung kepada komponen lain. Artinya keberhasilan manusia dalam mengelola rumah tangganya dengan baik, ditentukan oleh berhasilnya manusia dalam mengelola makhluk hidup lainnya secara keseluruhan dengan baik pula.
Untuk memperkuat kelemahan manusia, ia diberi kelebihan akal atau alam pikiran (noosfer). Dengan akal pikirannya manusia memiliki budaya serta dengan budayanya (yang disebut extra somatic tool) manusia mampu menguasai dan mengalahkan makhluk yang lebih besar dan menaklukan alam yang dahsyat.
Masalahnya apabila noosfer dengan prilakunya digunakan untuk kepentingan kesejahteraan diri dan makhluk hidup lainnya dan didukung oleh rasa tanggung jawab terhadap kelestarian kemampuan daya dukung lingkungannya, maka sejahteralah manusia dan makhluk hidup lainnya. Sebaliknya,  dengan noosfer (extra somatic tool) yang dikembangkan manusia dalam mempermudah hidup dan memenuhi kebutuhan pokok (primery biological needs) manusia dapat bersifat tamat, egois, serakah mengeksploitasi sumber daya alam dengan semena-mena, tanpa pertimbangan dampak yang akan terjadi kelak. Bahkan merasa dirinyalah yang paling memerlukan, dengan memanfaatkan sumber daya alam itu yang pada gilirannya mereka terancam hidupnya dan makhluk hidup lain, kini dan generasi mendatang.

3.         Lingkungan Hidup
Pengertian tentang lingkungan hidup manusia seringkali disebut lingkungan hidup atau lebih singkat lingkungan saja, sebenarnya berakar dan berarti penerapan (aplikasi) dari ekologi dan kosmologi. Lingkungan hidup merupakan penelaahan terhadap sikap dan perilaku manusia, dengan segenap tanggung jawab dan kewajiban maupun haknya untuk mencermati tatanan lingkunan dengan sebaik-baiknya. Sikap dan perilaku ini sangat diperlukan untuk memungkinkan kelangsungan peri kehidupa secara keseluruhan, termasuk kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Lingkungan hidup manusia adalah sistem kehidupan yang merupakan kesatuan ruang dengan segenap pengada (entity), baik pengada ragawi abiotik atau benda (materi), maupun pengada insani, biotik atau makhluk hidup termasuk manusia dengan perilakunya, keadaan (tatanan alam baca kosmologi), daya (peluang, tantangan dan harapan) yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Dalam berbagai bahasa, pengertian lingkungan hidup mengalami banyak perbedaan.
·         Dalam bahasa Malaysia dikenal sebagai alam sekitar. Istilah tersebut menyiratkan pengertian trasenden, seolah – olah kita berada diluarnya. Tetapi hal itu tidak perlu dipermasalahkan, karena kita pun dapat mengartikan istilah itu sebagai di alam sekitar kita itulah berada didalamnya.
·         Dalam bahasa Belanda, lingkungan hidup itu disebut sebagai milieu atau milieu of leefbaarheid, artinya lingkungan yang memungkinkan berlangsungnya kehidupan.
·         Dalam bahasa inggris disebut environment adalah all physical social and culture factors and conditions influencing the existence or development of an organism or assemblage of organisms. Penegertian ini mirip dengan pengertian pengertian dalam bahasa indonesia. Lingkungan hidup adalah segenap faktor dan kondisi fisik, sosial dan budaya yang mempengaruhi eksistensi (keberadaan) serta perkembangan sutu makhluk hidup atau sekumpulan makhluk.
Filosofi tentang lingkungan hidup adalah kecintaan, pencarian dan penerapan kearifan (wisdom) terhadap lingkungan hidup dimana kita berada. Pengertian dan paham apapun yang kita miliki harus diaplikasikan dengan kearifan, karena hanya dengan kearifanlah akhirnya kita memperoleh maknanya untuk bersikap dan berperilaku sebaik-baiknya dalam kehidupan.

4.        Ilmu lingkungan
Ilmu yang mengkaji tentang tempat dan peranan manusia di antara makhluk hidup dan komponen kehidupan lainnya, dapat juga disebut ekologi terapan. Atau mempelajari bagaimana manusia harus menempatkan dirinya dalam ekosistem atau dalam lingkungan hidupnya.
Ilmu lingkungan diartikan pula sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu yang ikut menyusun sintesa terhadap ilmu lingkungan seperti sosiologi, fisika, kimia, geografi, meteorologi, hidrologi, pertanian, kehutanan, kesehatan, masyarakat, dan lain-lain.
Menurut Riyadi, ilmu lingkungan ialah ilmu yang mampu menerapkan berbagai disiplin (fragmen berbagai ilmu dasar) melalui berbagai pendekatan ekologis terhadap masalah lingkungan hidup yang diakibatkan karena aktivitas manusia sendiri. Ilmu lingkungan lebih kepada penerapannya.

a.         Pengertian Dasar
Lingkungan hidup pada dasarnya adalah penerapan dari kosmologi dan ekologi manusia, karena sikap dan perilaku kita merupakan taruhan apakah akan mengarah pada kelangsungan hidup dan tercapainya kesejahteraan lahir dan batin. Jadi, ilmu lingkungan adalah penggabungan ekologi (manusia) yang dilandasi dengan kosmologi (tatanan alam) yang mempunyai paradigma sebagai ilmu pengetahuan murni.
Jadi, dalam penerapannya ilmu lingkungan dapat berorientasi lintas disiplin atau metadisiplin, artinya disiplin yang dinamik atau berkembang dalam hubungan dalam berbagai disiplin, ekonomi, sosiologi, kesehatan, psikologi, geografi, geologi, dan seterusnya.
Botani atau ilmu tumbuhan adalah contoh kemurnian ilmu penegtahuan, yang dalam aplikasinya dapat merupakan ilmu kehutanan, ilmu pertanian, dan ilmu perkebunan yang bersifat metadisiplin serta lintas displin.

b.        Perkembangan ilmu lingkungan
Sumbangan bagi perkembangan ilmu lingkungan berupa karya akademik (tertulis, terucap maupun tertayangkan) sebagai hasil studi / penelitian mendalam yang mandiri dari seorang atau suatu tim peneliti. Karya sumbangan itu berupa penemuan baru bagi ilmu lingkungan.
Ilmu lingkungan umumnya juga berkembang dari penelitian yang bersifat :
·         Deskriptif (what), apa keadaan atau kejadian yang dipersoalkan
·         Eksplanatif (why), mengapa hal itu ada atau terjadi
·         Preskriptif (how), bagaimana mengatasinya atau mengelolanya
Jadi sedapat mungkin apapun lingkup persoalannya, perlu dipahami mengapa hl itu terjadi dan bagaimana penyelesaiannya, pengelolaannya, apa saran atau resepnya.

c.         Metodologi Penelitian ilmu lingkungan
Ilmu lingkungan terkait erat dengan pengelolaan sumber daya, termasuk materi, manusia dan kompetensinya akan teknologi, seni dan budaya. Karena itu penelitian ilmu lingkungan mencakup metodologi baik yang kuantitatif maupun kualitatif. Metode kuantitatif berlandaskan pemikiran positivisme, terhadap fakta dengan realitas objektif, disamping asumsi teoritik lainnya. Sedangkan metodologi kualitatif berdasarkan paradigma fenomenologi dengan objektivitas situasi atau keadaan tertentu yang dialami dalam kehidupan. Oleh karena itu peneliti ilmu lingkungan menggunakan kedua metodologi baik kuantitatif maupun kualitatif secara berimbang.

d.        Ciri – ciri penelitian dalam ilmu lingkungan
Ilmu lingkungan mengajarkan pada manusia sebagai pengelola lingkungan hidup dengan sebaik dan searif mungkin agar mendasarkannya pada berbagai ciri pokok ilmu lingkungan yang perlu mendasari penelitian guna mengungkapkan penelususran yang linear dari maslah yang dihadapi sampai kebijakan yang perlu dirumuskan dan dipatuhi.
·         Masalah lingkungan harus dirumuskan secara jelas apa yang dipersoalkan, mengapa sesuatu yang dipersoalkan terjadi dan bagiaman mengatasinya.
·         Dalam mengatasi suatu masalah lingkungan perlu perlu dicermati sebab akibatnya, sehingga pengelolaan lingkungan perlu didasarkan dengan tindakan preventif sebelum menggapai tindakan kuratif. Walaupun kegagalan tindakan preventif akhirnya memerlukan tindakan kuratif.
·         Pengelolaan lingkungan ditujukan kepada perilaku dan perbuatan yang ramah lingkungan dalam setiap sektor tindakan.
·         Lingkungan tempat manusia melangsungkan kehidupan sudah diciptakan amat baik, indah dan bermakna. Jadi yang perlu diatur adalah paham, sikap dan perilaku hidup kita sesuai dengan amanah tuhan yang menciptakan semuanya di alam semesta ini.  


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Ekologi merupakan ilmu pengetahuan tentang hubungan antara organisme dan lingkungannya. Atau ilmu yang mempelajari pengaruh faktor lingkungan terhadap jasad hidup. Ekologi dapat juga dikatakan ekonomi alam yang melakukan transaksi dalam bentuk materi, energi dan informasi. Namun demikian manusia juga tidak dapat terlepas dari kebutuhan materi, energi dan informasi yang terus beredar. Ruang lingkup ekologi meliputi populasi, komunitas, ekosistem, hingga biosfer. ekologi manusia, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Sedangkan lingkungan hidup adalah segenap faktor dan kondisi fisik, sosial dan budaya yang mempengaruhi eksistensi (keberadaan) serta perkembangan sutu makhluk hidup atau sekumpulan makhluk.


Daftar Pustaka


Soerjani, Mohamad, dkk. 2007. Lingkungan Hidup (The Living Environment) Pendidikan, Pengelolaan Lingkungan dan Kelangsungan Pembangunan (Education, Envorinmental management and Sustainable Development) Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Institut Pendididikan dan Pengembangan Lingkungan (IPPL).


lihat juga apa sih bisnis glokal
-  memahami ekologi manusia
memahami ekologi keluarga
memahami ekologi manusia dan kesadaran individu

memahami ekologi manusia

Memahami Ekologi Manusia
Manusia, sama seperti organisme lainnya, merupakan bagian tak terpisahkan dari lingkungannya. Dengan demikian, semua kaidah atau hukum ekologis yang mengontrol mahluk hidup di muka bumi juga berlaku bagi manusia. Akan tetapi, manusia cenderung merasa superior sehingga ia sering kali berpikir mereka adalah organisme satu-satunya yang berkepentingan terhadap lingkungan sehingga tidak lagi mampu memenuhi prinsip-prinsip lingkungan. Ekologi manusia secara umum mengidentifikasi hubungan dan keterkaitan manusia dengan lingkungannya, termasuk bagaimana ia beradaptasi dengan lingkungan tersebut untuk memenuhi kebutuhannya.
Ekologi manusia sebagai sebuah studi mengenai interaksi manusia dengan lingkungannya secara keseluruhan turut menelaah kondisi alam, organisasi sosial, tradisi, juga teknologi yang mendukung. Pola hubungan di antara masyarakat sebagai sebuah komunitas dengan lingkungan di sekitarnya adalah dasar ekologi manusia yang penting untuk dipelajari. Studi mengenai hal ini haruslah berdasar kepada prinsip penghargaan yang tinggi atas kebebasan manusia sebagai salah satu bagian dari ekosistem.

Ekologi manusia telah lama dikaji dan diusulkan sebagai sebuah multidisiplin yang terpisah dari ilmu lainnya sebab cakupannya bisa melebar ke mana-mana. Manusia memang mahluk yang cukup kompleks demikian pula lingkungannya. Oleh karena itu, wajar jika kemudian ekologi manusia juga melintasi beberapa disiplin ilmu antara lain:
Ekologi manusia dan Sosiologi
Konsep dari ekologi manusia juga diperkenalkan dalam ilmu sosiologi oleh seorang ilmuan bernama Robert E Park juga Ernest W Burgess. Melalui ekologi manusia kita bisa menjumpai pola adaptasi antara manusia dengan manusia lainnya juga manusia dengan lingkungan sekitarnya (hewan, tumbuhan dan unsur abiotik lainnya). Hal yang sama juga bisa dilihat di dalam ilmu sosiologi. Serangkaian konsep yang ditemukan dalam ilmu sosiologi juga ada di dalam ilmu ekologi, antara lain jaringan kehidupan. hubungan causalitas, saling tergantung sama lain, persoalan keseimbangan alam, suksesi, kompetisi maupun dominasi.
a.    Ekologi Manusia dengan Ilmu Antropologi Sosial
Keterkaitan ekologi manusia terlihat dari hubungan antara pembentukan budaya dengan lingkungan manusia itu sendiri. Proses terciptanya budaya tidak lepas dari proses adaptasi yang dilakukan oleh manusia. Proses adaptasi dengan lingkungan ini merupakan pokok kajian dari ilmu ekologi manusia. Dengan demikian, keterkaitan kedua disiplin ilmu ini tak bisa dihindari.
b.    Ekologi Manusia dengan Ilmu Psikologi
Kedua disiplin ilmu ini tak bisa dipsahkan satu sama lain sebab keduanya menggunakan pendekatan pola prilaku manusia terhadap lingkungan sekitarnya. Para ilmuan menyebut kedua disiplin ilmu ini dengan istilah psikologi ekologik.
c.    Ekologi Manusia Dengan Ilmu Geografi

Geografi mempelajari hal-hal yang banyak bersinggungan dengan alam tepatnya komponen abiotik seperti suhu, tanah, iklim, cahaya dan semacamnya. Semua unsur tersbeut juga tak bisa lepas dari pengkajian ilmu ekologi manusia sebab dalam interaksi ekosistem, selalu ada keterkaitan antara komponen abtiotik dan biotik. 
lihat juga apa sih bisnis glokal
-  Makalah Ekologi, Ekologi Manusia, dan Lingkungan Hidup
memahami ekologi keluarga
memahami ekologi manusia dan kesadaran individu

ekologi keluarga

EKOLOGI KELUARGA

SEJARAH PERKEMBANGAN

Kajian keluarga telah dimulai sejak tahun 1800-an. Seiring kebutuhan untuk memperbaiki atau menyelesaikan masalah-masalah sosial, seperti dampak peningkatan perceraian, kekerasan rumahtangga, gerakan atau tuntutan hak memilih wanita, dan industrialisasi, maka hal tersebut selain memperkuat pandangan adanya hubungan timbal balik antara keluarga dengan lingkungan sosial, juga mempengaruhi para pembaharu sosial dalam memandang keluarga sebagai dasar kesehatan masyarakat (Thomas dan Wilcox dalam Sussman dan Steinmetz 1987). Fenomena ini sejalan dengan ide “ekologi” yang ditengarai Plato dan Aristoteles dalam konsep mengenai proses pertumbuhan dan perkembangan serta hubungan antara populasi dengan struktur dan stabilitas lingkungan (Duncan 1965 dalam Bubolz dan Sontag 1993).
Ketika Ernest Haeckel, seorang zoologist dari Jerman, mengembangkan ilmu ekologi pada tahun 1860-1870-an, Ellen Swallow Richard juga mengembangkan dan kemudian mengusulkan ilmu mengenai lingkungan yang difokuskan untuk rumah dan keluarga, yang saat itu dinamai home ecology (Bubolz dan Sontag 1993). Lingkup home ecology secara paralel memperkaya dan mengembangkan ruang lingkup ekonomi rumahtangga (home economic), bahkan Richards menjadi pendiri dan Presiden Asosiasi Home Economic Amerika pertama (Klein dan White 1996). Perspektif ekologi keluarga berkembang pada abad ke-19 seiring dengan reformasi sosial, urbanisasi, industrialisasi, perluasan pendidikan umum, dan perhatian terhadap kesehatan dan kesejahteraan keluarga. Perspektif ekologi keluarga muncul kembali pada tahun 1960-an seiring meningkatnya kesadaran adanya keterkaitan dan ketergantungan antara aksi manusia dan kualitas lingkungan serta perhatian atau minat dalam memandang fenomena keluarga dari perspektif sistem yang bersifat holistik (Bubolz dan Sontag 1993).
Dasar filosofis dan konsepsi bagi banyak teori serta implementasi teori ekologi manusia di keluarga diletakkan Beatrice Paolucci (Hook dan Paolucci 1970 dalam Bubolz dan Sontag 1993); dan kemudian dengan koleganya meletakkan dasar konseptual manajemen dan pengambilan keputusan keluarga dalam membangun kerangka kerja ekologi. Manajemen dan pengambilan keputusan keluarga kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Deacon et al (1988) dalam bukunya “Family Life Management”. Perspektif dan kerangka kerja ekologi dalam keluarga sangat terkait erat dengan ruang lingkup ekonomi rumahtangga (home economic). Sejarah perspektif ekologi dalam home economic menunjukkan sejumlah ide penting yang sesuai dengan teori ekologi keluarga, yaitu: (1) pendekatan yang holistik dan interdisiplin; (2) perspektif berakar dari keilmuan, namun menekankan pada prinsip terapan, metode, dan hasil sains terhadap kegiatan harian; dan (3) pendirinya pada umumnya adalah perempuan dimana ruang lingkup kerja dibangun atas dasar pengalaman, kesadaran, dan perhatian wanita terhadap peran utama mereka yaitu rumah dan keluarga.

PERSPEKTIF EKOLOGI DALAM TEORI KELUARGA

Teori-teori keluarga yang berkembang secara umum menurut Winton (1995) dapat dibagi ke dalam dua kategori yaitu teori kontrol eksternal (external control) dan teori kekuatan manusia (the power of people). Teori kekuatan manusia lebih menekankan kepada kekuatan manusia untuk menciptakan perilakunya melalui kemampuannya dalam berpikir, berinterpretasi, dan memberikan arti kepada dunia; teori pertukaran sosial dan teori interaksi simbolik termasuk ke dalam kategori ini. Sedangkan teori kontrol eksternal memiliki pandangan bahwa manusia lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar dirinya, dan yang termasuk teori ini adalah teori perkembangan keluarga, teori struktural fungsional, dan teori konflik sosial. Kedua kategori teori keluarga tersebut secara paralel mengisi dan menumbuhkembangkan perspektif ekologi dalam teori keluarga.
Bagaimana sistem makro seperti ideologi, politik, ekonomi, dan kebijakan pemerintah atau negara berpengaruh terhadap individu dan keluarga pada tingkatan sistem mikro, dan demikian pula sebaliknya? Berbagai kajian berikut ini, merupakan contoh yang dapat menggambarkan hal tersebut.
Pertama, perubahan atau perkembangan politik pemerintah berdampak terhadap kinerja beberapa agen pembentuk karakter anak seperti orangtua, guru, peergroups, pendongeng, dan media massa (Riesman et al 1961). Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap pola interaksi dalam sistem mikro dan mempengaruhi perkembangan kepribadian individu seperti otonomi yang mencirikan kualitas individu dan masyarakat. Dokumentasi yang dilakukan Bronfenbrenner (1970) menunjukkan bagaimana perbedaan ideologi negara di Amerika Serikat dan USSR (sistem makro), berpengaruh terhadap pengasuhan anak di keluarga dan lingkungan masyarakat, yang pada akhirnya berkaitan dengan kualitas individu. Terdapat perbedaan pola pengasuhan yang sangat kontras di kedua negara tersebut, dikarenakan sistem ideologi yang berbeda.
Kedua, ideologi negara mengubah banyak hal kehidupan individu, keluarga, dan masyarakat melalui beragam kebijakan dan peraturan. Contohnya adalah revolusi Cuba berupa peningkatan akses pendidikan dan peningkatan peran perempuan di sektor publik, diikuti oleh ”Day Care Revolution” serta perubahan pola interaksi dan komunikasi antar suami-istri, orangtua-anak, dan antar anggota masyarakat (Leiner dan Ubei 1978). Pada akhirnya kebijakan peningkatan pendidikan dan tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan di Cuba menyebabkan defungsionalisasi keluarga, yaitu pengambilalihan sebagian fungsi domestik seperti pengasuhan anak yang semula di keluarga, menjadi tanggung jawab publik. Hasilnya ditunjukkan dengan peningkatan TPAKW (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Wanita) lebih dari dua kali lipat dalam rentang waktu yang singkat (1964-1970). Perjuangan kaum perempuan akan keadilan dan kesetaraan gender dalam berbagai bidang kehidupan, telah banyak mempengaruhi pembagian peran antara suami-istri di keluarga dan berpengaruh terhadap keberfungsian keluarga. Beberapa bidang kehidupan yang mengalami reformasi kesetaraan gender adalah pendidikan, pilihan reproduksi, dan tugas rumah tangga. Demikian halnya dengan revolusi di bidang seksual, dalam bekerja dan perlakuan di tempat kerja, dalam keadilan kriminal dan perlawanan terhadap sexual violence (Kaminer 1990).
Ketiga, dampak lingkungan sosial terhadap kehidupan pribadi manusia dibahas Erich Fromm (1955) dalam bukunya “The Sane Society“ yang mengkaji patologi kenormalan pola perilaku dengan menjawab beberapa pertanyaan mendasar yaitu: dapatkah sebuah lingkungan sosial itu sakit? Apa dampaknya terhadap individuindividu yang hidup di dalamnya? Bagaimana proses perubahan kreativitas individu berubah menjadi perilaku destruktif? Apa makna dan perbedaan antara perilaku rasional dan perilaku irasional? dan Bagaimana alienasi (keterasingan) itu terjadi? Fromm juga menyoroti struktur kapitalisme dan hubungannya dengan karakter manusia, didalamnya membahas perubahan ekonomi dan sosial, perubahan karakter sosial, bagaimana alienasi terbentuk antara sudut pandang struktur sosialekonomi kontemporer dan struktur karakter pada tingkat rata-rata individu.
Keempat, sistem ekonomi negara berpengaruh terhadap keberfungsian keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekonomi merupakan faktor yang mempengaruhi interaksi orangtua dengan bayi/anak. Data menunjukkan bahwa banyak perbedaan dalam perkembangan emosi sosial anak yang dapat dijelaskan oleh status sosial ekonomi keluarga dibandingkan oleh struktur keluarga (orang tua tunggal vs bercerai) (Kesner dan McKenry 2001 dirujuk Stillman, Appleyard, dan Siebenbruner 2003). Perspektif ekologi mengenai interaksi suami-istri dan interaksi orangtua-bayi, menjelaskan bahwa terdapat faktor ekologi yang membentuk sikap orang dewasa dalam membentuk keluarga. Demikian juga ekologi yang mengelilingi orangtua dipengaruhi faktor-faktor seperti pengalaman masa lalu, ketersediaan hubungan yang mendukung, akses terhadap sumberdaya ekonomi yang memandu dan mempengaruhi pembentukan keluarga, pengembangan hubungan yang sehat, dan perkembangan bayi dan anak-anak.

TEORI EKOLOGI KELUARGA

Pengertian, Dalil Dasar, dan Asumsi

Ekologi keluarga merupakan teori umum yang dapat digunakan untuk mengkaji beragam masalah berkaitan dengan keluarga dalam hubungannya dengan beragam lingkungan. Nilai moral dasar ekologi keluarga terletak pada saling ketergantungan manusia dengan alam, kebutuhan manusia untuk hidup berdampingan satu sama lain, dan kebutuhan untuk hidup lebih baik. Nilai moral dasar tersebut diimplementasikan dalam kemampuan adaptasi, daya untuk hidup (survival) dan pemeliharaan keseimbangan (equilibrium atau homeostasis) untuk meraih kehidupan manusia yang lebih baik.
Teori ekologi keluarga merepresentasikan sintesis berbagai asumsi, konsep, dan proposisi ekologi dalam beragam disiplin; dan sintesis dari teori sistem umum dengan teori home economic. Konsep dalam teori sistem umum merupakan penghubung/jembatan antara perspektif sistem dengan perspektif ekologi. Terdapat beberapa dalil dasar (basic premises) pengaruh teori sistem umum terhadap ekologi keluarga, yaitu:
1.   Ketergantungan seluruh manusia terhadap sumberdaya di bumi. Kesehatan ekologi dunia bukan hanya tergantung kepada keputusan dan aksi negara, tapi juga tergantung pada apa yang dilakukan individu dan keluarga.
2.   Interaksi keluarga dengan lingkungannya membentuk ekosistem. Kesejahteraan individu dan keluarga tidak dapat dipisahkan dari kesejahteraan seluruh ekosistem.
3.   Keluarga menjalankan pemeliharaan atau fungsi ekonomi-fisik-biologis, serta fungsi pengasuhan dan psikososial bagi anggotanya.
4.   Daya juang untuk meraih kualitas hidup yang lebih baik merupakan landasan dari beragam nilai perilaku manusia. Empat nilai utama yang berkontribusi terhadap pencapaian tujuan hidup manusia adalah (1) kecukupan ekonomi yang membagi manusia kedalam kategori kaya atau miskin; (2) keadilan; (3) kebebasan; dan (4) kedamaian.
Beberapa asumsi penting yang menjelaskan dalil dasar pengaruh teori sistem umum terhadap ekologi keluarga adalah:
1.   Keluarga merupakan bagian dari sistem kehidupan keseluruhan dan berinteraksi dengan beragam lingkungan.
2.   Keluarga merupakan sistem yang adaptif, semi-terbuka, dinamis, dan perilaku serta keputusannya diarahkan oleh tujuan.
3.   Seluruh bagian lingkungan saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain. Lingkungan alam (fisik dan biologis) menyediakan sumberdaya esensial bagi seluruh kehidupan, dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan sosial budaya dan lingkungan yang dibangun manusia (human-built environment).
4.   Keluarga merupakan sistem transformasi energi dan membutuhkan energi tertentu untuk pemeliharaan dan keberlangsungannya, untuk adaptasi dan berinteraksi dengan sistem lain, juga untuk melakukan beragam fungsi kreatif.
5.   Interaksi antara keluarga dengan lingkungan dipandu oleh dua macam aturan yaitu: (1) hukum alam fisik dan biologi, seperti hukum termodinamik; serta (2) aturan yang diturunkan manusia seperti norma sosial.
6.   Lingkungan tidak menentukan perilaku manusia, tapi memberi batasan dan kendala sebagaimana juga menyediakan peluang dan kesempatan bagi keluarga untuk mengoptimalkan pemanfaatannya.
7.   Keluarga memiliki beragam tingkat kontrol dan kebebasan dalam interaksinya dengan alam.
8.   Pengambilan keputusan merupakan proses kontrol utama dalam keluarga yang mengarahkan pencapaian tujuan individu dan keluarga. Secara kolektif keputusan dan aksi keluarga memiliki dampak kepada masyarakat, budaya, dan lingkungan alam.
Penekanan keluarga sebagai sistem membawa kepada pemahaman bagaimana sistem keluarga berjalan serta melaksanakan fungsi dan peran yang diembannya. Sebagaimana sebuah sistem, keluarga terdiri dari komponen-komponen yang saling terkait satu sama lain, dimana perubahan dalam satu komponen akan mengubah komponen lainnya, untuk mempertahankan sistem senantiasa dalam suatu keseimbangan atau homoestasis. Menurut Von Bertalanffy (1962) sebagaimana diacu Melson (1980), homeostasis merupakan suatu mekanisme pengaturan yang berfungsi untuk mempertahankan sistem.
Sebagai sistem, keluarga berkaitan dengan beragam fungsi yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan, oleh karenanya keberlangsungan sistem juga mendapat perhatian dalam beragam kajian. Menurut Talcott Parson (Hamilton 1983; Winton 1995) terdapat empat masalah fungsional utama dalam keberlangsungan sistem yaitu: (1) masalah adaptasi mengacu pada perolehan sumberdaya atau fasilitas yang cukup dari lingkungan luar sistem, dan kemudian mendistribusikannya di dalam sistem; (2) masalah pencapaian tujuan mengacu pada gambaran sistem aksi dalam menetapkan tujuan, memotivasi dan memobilisasi usaha dan energi dalam sistem untuk mencapai tujuan; (3) masalah integrasi mengacu kepada pemeliharaan ikatan dan solidaritas, dan melibatkan elemen tersebut dalam mengontrol, memelihara subsistem, dan mencegah gangguan utama dalam sistem; serta (4) masalah latency mengacu kepada proses dimana energi dorongan disimpan dan didistribusikan di dalam sistem, melibatkan dua masalah saling berkaitan yaitu pola pemeliharaan dan pengelolaan masalah atau ketegangan. Sistem sosial akan hancur atau pecah jika tidak mengelola keempat masalah fungsional tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Berns, R. M. (1997) Child, Family, School, Community. Socialization and Support. Hartcourt Brace College Publishers. Orlando, USA.
Boss, P. G., Willian J. Doherty, Ralph LaRossa, Walter R. Schumm and Suzanne K. Steinmetz (1993) Sourcebook of Family Theories and Methods. A Contextual Approach. Plenum Press. New York & London
Bronfenbrenner, U. (1970) Two Worlds of Childhood US and USSR. Simon and Schuster. New York.
Bronfenbrenner, U. (1979) The Ecology of Human Development. Cambridge MA. Harvard University Press.
Bubolz, M. M., and M. Suzanne Sontag (1993) “Human Ecology Theory” dalam Boss, Doherty, LaRossa, Schumm, and Steinmetz. Sourcebook of Family Theories and Methods. A Contextual Approach. Plenum Press. New York and London.
Capra, Fritjof (tt) Ecology and Community. Center for Ecoliteracy. Berkeley, California.
Conrad, C., and Rebecca Novick (1996) “The Ecology of The Family. A Background Paper for A Family-Centered Approach to Education and Social Service Delivery” dalam www.nwrel.org/cfc/publications/ecology2
Deacon R. E., and Francile M. Firebaugh (1988) Family Resource Management. Principle and Application. 2nd Edition. Allyn and Bacon, Inc. London & Sydney
Dunst, C. J., Carol M. Trivette (1988) “Toward Experimental Evaluation of The Family, Infant and Preschool Program” dalam Weiss, H. B., and Francine H. Jacobs. Evaluating Family Programs. Aldine De Gruyter. New York.
Erich Fromm (1955) The Sane Society. A Fawcett Premier Book, reprinted by arrangement Holt, Rinehart & Winston, Inc. New York.
Hamilton, P. (1983) Key Sociologist. Talcott Parsons. Tavistock Publications and Ellis Horwood Limited. USA.
Kaminer, Wendy (1990) A Fearful Freedom. Women’s Flight from Equality. Addison-Wesley Publishing Company, Inc. New York.
Klein, D. M., and James M. White (1996) Family Theories. An Introduction. Sage Publications. London.
Leiner, Marvin., and Robert Ubei (1978) Children are Revoluton. Day Care in Cuba. Penguin Books. Middlesex, England.
Melson, G. F. (1980) Family and Environment. Burgess Publishing Company. Mineapolis, Minnesota.
Rice, A. S., and Suzanne M. Tucker (1986) Family Life Management. Sixth Ed. McMillan Publishing Company. New York.
Riesman, D., Nathan Glazer, and Reueul Denney (1961). The Lonely Crowd. Yale University Press. New York.
Saxton, Lloyd (1990) The Individual, Marriege, and The Family. Seventh ed. Wardsworth Publishing Company. Belmont, California.
Stafford, L., and Marianne Dawton (1995) “Parents-Child Communication Within the Family Sistem” dalam Socha, T. J., and Glen H. Stamp. Ed. (1995) Parents, Children, and Communication. Frontier of Theory and Research. Lawrence Erlbaum Associates. Inc. USA.
Stillman, A. Susman, Karen Appleyard, and Jessica Siebenbruner (2003) For Better or For Worse; An Ecological Perspective on Parent’s Relationships and Parent-Infant
Interaction.
Sunarti, E. (2001) Studi Ketahanan Keluarga dan Ukurannya; Telaah Kasus Pengaruhnya Terhadap Kualitas Kehamilan. Disertasi Pada PS Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Sekolah Pasca Sarjana IPB. Tidak dipublikasikan.
Sussman, M. B., and Suzanne K. Steinmetz (1987) Handbook of Marriage, and The Family. Plenum Press. New York & London.
Winton, C. A. (1995) Frameworks for Studying Families. The Dushkin Publishing Group, Inc. Guilford, Connecticut.
Yorburg, B. (1983) Families and Societies. Survival or Extinction ? (revised edition of The Changing Family). Columbia University Press. New York.
Zeitlin, Megawangi, E. M. Kramer, Nancy D. Colletta, E. D. Babatunde, and David Garman (1995) Strengthening The Family. Implications for International Development. The United Nations University Press. Tokyo. 
lihat juga apa sih bisnis glokal
-  makalah ekologi, ekologi manusia dan lingkungan hidup
memahami ekologi keluarga
memahami ekologi manusia dan kesadaran individu